Halaman

Penelusuran

Kamis, 26 Agustus 2010

Arsitek Peradaban

Arsitek Peradaban (cathar, bag 1)

Oleh : A Nur Akbar

Arsitek peradaban, apa dan siapa arsitek peradaban itu ? Secara definisi arsitek peradaban tiadaklah mempunyai koridor definisi yang baku, baik secara “lughowi” (bahasa) maupun “istilahi” istilah). Dalam hal ini lebih bersifat “relatif”, ya , karena setiap orang akan mempunyai ta’rif tersendiri. Bagi saya pribadi arsitek pradaban itu seperti halnya arsitek keumuman “pembangun”. Dengan kata peradaban di belakangnya berati “pembangun peradaban”.Dan siapa arsitek peradaban itu ? adalah kita, Ya kita, MANUSIA.
Peradaban adalah hasil budaya manusia pada masa manusia tersebut hidup dan bermasyarakat (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.) Kita teramanati sebagai “kholifah” oleh Allah Yang Maha Esa (QS al Baqoroh : 30) Hakikatnya seorang kholifah bukan hanya seorang “pemimpin” tapi juga sebagai “arsitek”. Karena dalam hal ini dia juga termanati untuk “merawat” dan “membangun” ardhun secara keumuman.
Dalam antropologi kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. (wikipedia Indonesia) Dalam konteks “arsitek pradaban” bisa dikatakan sadar tidak sadar dan langsung tidak langsung.
Yang mana kedepannya sadar akan ‘besinonim” dengan langsung dan tidak sadar akan� “bersinonim dengan tidak langsung. Dan keduanya akan berantonim secara pasangan. Secara sadar atau langsung, dalam posisinya manusia sebagai “kholifah” yang teramanati untk menjaga ardhun besrserta isinya Secara rtidak langsung atau tidak sadar, adalah fitrahnya sebagai mahluk sosial, dengan pernikahan misalnya. Karena dalam pernikahan sejatinya ada “peradaban” yang kita bangun disana.
Bukan saja menyempurnakan agama dan “penyelmatan” diri atas “syahwat yang negatif”.’Ala kuli hal, setiap dari kita adalah “arsitek peradaban”, dan itu tidaklah mudah memang. Membutuhkan kesabaran dan kejuhudan yang diringi dengan ketaqwaan kepada Illahi Rabbi. (Wallahu ‘alam bi showab)

Tidak ada komentar: